TINGKATKAN PRODUKSI MIGAS MELALUI MIGAS NON KONVENSIONAL (MNK) DAN ENHANCED OIL RECOVERY (EOR) DI BLOK ROKAN
Jakarta, ADPMET News - Pada tahun 2021 telah terjadi alih kelola Blok Rokan dari Chevron Pacific Indonesia ke Pertamina Hulu Rokan (PHR). Secara nasional, saat ini Blok Rokan menempati posisi kedua setelah Blok Cepu dalam hal produksi minyak. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan lapangan minyak bumi Blok Rokan bisa menjadi produsen minyak bumi terbesar di Indonesia. Dikutip melalui CNN Indonesia, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumatera Bagian Utara Rikky Rahmat Firdaus mengatakan Blok Rokan kini berkontribusi 24 persen bagi produksi minyak nasional.
"Kami targetkan pada kuartal ketiga tahun 2022, wilayah kerja Rokan diperkirakan bisa kembali menjadi produsen minyak nomor satu di Indonesia," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Sabtu (5/2/2022).
Dalam meningkatkan dan mempertahankan produksi utamanya di Blok Rokan, PT Pertamina Hulu Rokan melakukan kegiatan Enhanced Oil Recovery (EOR) dan menggarap perkembangan potensi minyak dan gas nonkonvensional serta demi mendukung Indonesia mencapai target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.
Untuk mencapai target tersebut beberapa upaya perlu dilakukan di Blok Rokan dalam menyumbang produksi migasnya, baik tentang pemahaman aspek teknikal potensi conventional maupun unconventional, update informasi terkait perkembangan aplikasi EOR di Blok Rokan dan usaha menaikan produksi Blok Rokan melalui Unconventional Play dan Proses EOR.
Menurut Brahmantyo K. Gunawan (VP Perencanaan SKK Migas) dalam FGD expert meeting dengan ADPMET pertengahan 2021 lalu menjelaskan bahwa, penemuan giant discovery dan pengembangan Migas Non Konvensional (MNK) Indonesia sangat tinggi khususnya di Blok Rokan.
“Penemuan giant discovery dan pengembangan Migas Non Konvensional (MNK) Indonesia sangat tinggi, keberadaannya jelas di bawah lapangan-lapangan migas existing WK Migas Konvensional; Sumberdaya (resources) sangat besar terutama di Blok Rokan; Tidak memerlukan perangkap, sehingga peluang penemuan sangat tinggi dan resiko kegagalan penemuan sangat rendah; dan Pengembangan dapat melampar luas karena tidak ada batas struktur akumulasi, Mudah dikomersialkan karena bisa dilakukan dekat dengan existing fasprod dan infrastruktur lapangan migas konvensional. Sehingga dapat diandalkan untuk mendukung target produksi minyak 1 juta BOPD dan 12 BSCFD”. Jelas Brahmantyo.
Pemerintah Indonesia terus berkomitmen dan berupaya menggali potensi Minyak dan Gas Non Konvensional. Dalam pengusahaan Migas Non Konvensial (MNK) tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan, saat ini pemerintah Indonesia memiliki tantangan-tantangan yang perlu di hadapi. tantangan utamanya adalah terkait dukungan regulasi eksplorasi dan pengembangan MNK.
Brahmantya menuturkan, “Perlu adanya deregulasi baru (PerMen ESDM) terkait MNK, sehingga MNK dapat diusahakan oleh WK eksisting konvensional. Pekerjaan eksplorasi cost recoverable atau dengan dana KKP, sehingga dapat diimplementasikan upaya strategis eksplorasi MNK, berupa: Eksplorasi pembuktian cadangan dan produktivitas Migas Non Konvensional (MNK) Shale Hydrokarbon secara serentak di 8 (delapan) cekungan produktif (Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah, Sub Cekungan Jambi, Cekungan Sumatera Selatan, Cekungan Jawa Barat Utara, Celungan Jawa Timur Utara, Cekungan Barito dan Cekungan Kutai) melalui sumur pilot Multi-Stage Fractured Horizontal Well (MSFHW), agar MNK Indonesia terbukti memang berlimpah dan ekonomis, sehingga memicu pengembangan secara masif di banyak wilayah/cekungan dengan biaya murah”.
Selain itu, Rachmat Abdullah (ex Chevron Pacific Indonesia), menjelaskan Chevron Pasific Indonesia telah melakukan penelitian terkait eksplorasi MNK di Rokan dan proses EOR yang telah dilakukan, jenis EOR tersebut diantaranya EOR Steam Flood (sudah komersial) dan EOR Chemical 2 macam (Polymer dan Surfactant Alkali Polymer (SAPI). Project Small Field Trial (SFT) 1 dan SFT 2 telah dilakukan di Area A Minas.
Rachmat Abdullah menjelaskan, “Chevron Pasific Indonesia pernah mengusahkan dan melakukan penelitian MNK di Rangau Deep, Pematang Through, North Aman, South Aman (diusulkan 6-7 Sumur) di bagian Blok Rokan tersebut dan sudah ada data-data persiapan. Terkait Proses EOR pernah dilakukan di Blok Rokan diantaranya adalah telah berhasil dilakukan EOR Steam Flood di lapangan duri, kemudian telah dilakukan pilot project uji coba EOR Chemical (Polymer dan Surfactant Alkali Polymer) di lapangan minas dan potensial telah dilakukan di lapangan duri zona lebih dangkal”.
“Untuk Steam EOR di Duri dari Formasi Sand 240ft, karena 240ft tantangannya shallow bisa rapture ke atas akan tetapi size nya besar bisa luas seluruh duri 200-300jt BBL, ditambahkan dibagian ring di flank. Optimisasai bisa total 500jt bbl risked, untuk produksi tambahan 15-40 ribu BOPD. (Masih kategori POTENSIAL untuk Duri Sand 240ft, masih perlu Pembuktian). Duri DSF sudah jalan 13 lapangan yang sudah ada POD nya. Untuk di Minas sudah kelewat RF > 55-60% dengan Water flood nya sudah tinggi sehingga untuk kesempatan memakai Polymer sudah kelewat timingnya. Untuk Polymer bagusnya saat kondisi RF mulai 35-40%”. tutur Rachmat pada sesi diskusi FGD Expert Meeting ADPMET (2021).
Dalam hal ini, ADPMET sebagai organisasi yang berperan menaungi anggota-anggota di daerah dan BUMD, akan terus mengadvokasikan pemanfaatan MNK dan Biogenik Gas, meminta terkait KKP Rokan perlu dimanfaatkan untuk pengembangan MNK, meminta adanya revisi Permen 05/2012 tentang MNK dan juga Permen 03/2019 tentang KKP diluar WK, serta mendukung adanya kolaborasi secara optimal antara daerah melalui BUMD nya dan BUMN dengan mempertimbangkan kepentingan daerah dan nasional dalam alih kelola blok terutama dalam alih kelola Blok Rokan.
Deputi Kajian dan Pengembangan SDM ADPMET, Muhamad Sani, mengungkapkan bahwa MNK dan EOR dapat menjadi masa depan bagi Produksi Migas di Indonesia, serta harapannya agar daerah dan BUMD dapat berperan dalam pengelolaan Migas Non Konvensional.
”MNK dan EOR adalah masa depan produksi Migas Indonesia. Data-data sumur eksplorasi & produksi Migas saat ini menunjukan potensi MNK yang besar, Hal ini karena MNK memproduksikan Migas langsung dari sumber (dapur) nya. Tantangannya adalah teknologi yang tepat dan syarat & ketentuan yang menarik bagi investor. Untuk itu, Daerah bisa berperan dengan mengusulkan syarat Dan ketentuan kontrak Migas yang menarik bagi investor, sekaligus mengusulkan BUMD sebagai pengelola wilayah kerja MNK.” Ujar Sani (14/02/2022)
Sementara itu, Direktur PT. Riau Petroleum, Husnul Kausarian, dalam sesi wawancara tertulis mengungkapkan harapannya terkait upaya-upaya dalam meningkatkan produksi migas di Blok Rokan.
“Kita selaku BUMD dibidang migas di Provinsi Riau sangat berharap besar terkait dengan pengembangan penerapan teknologi terkini dalam upaya meningkatkan produksi migas secara nasional. Salah satu teknik yang paling cukup dikenal dan cukup reliabel ialah teknik EOR dengan penerapan teknik-teknik EOR yang sesuai dengan karakter lapangan-lapangan dan sumur-sumur minyak yang ada di Wilayah Kerja yang ada di Provinsi Riau, kita berharap dapat melakukan teknik teknologi EOR yang sangat baik untuk meningkatkan produksi. Kita tentunya mendukung segala upaya ataupun semua cara untuk meningkatkan produksi migas agar blok rokan bisa menjadi primadona kembali kancah nasional maupun internasional.” jelas Husnul (13/2/2021).