ADPMET News, Jakarta – Dalam rangka penyusunan Rencana Anggaran dan Rencana
Bisnis PT. Migas Hulu Jabar – ONWJ sebagai BUMD Pengelola PI 10 Persen, minggu
lalu (22/09/2021) menyelenggarakan Workshop yang menghadirkan Andang Bachtiar
(Sekjend ADPMET) sebagai salah satu pembicara. Dalam event yang dilangsungkan
secara Hybrid tersebut, Andang Bachtiar
memaparkan materi terkait Trend dan Tantangan Bisnis Migas 5 Tahun kedapan
untuk Daerah.
Dijelaskannya bahwa saat ini
perusahaan eksplorasi dan produksi migas di dunia memiliki beberapa pilihan
strategi dalam pengembangan bisnisnya, yaitu
sebagai perusahaan energi, sebagai perusahaan karbon, sebagai perusahaan yang mengatur penurunan
laju produksi, atau sebagai perusahaan yang memilih “new direction”.
Untuk perusahaan yang
memilih sebagai perusahaan energi maka perusahaan tersebut dalam berbisnis akan
menghasilkan berbagai produk energi (low-carbon
liquid, gas hydrogen, biometana, dan advance biofuel) dan servis
terkait produk tersebut. Contoh perusahaan yang memillih strategi ini adalah Medco,
Pertamina, Total, BP.
Selanjutnya untuk perusahaan
karbon (carbon company), mengusahakan
Carbon Capture, Utilization and Storage
(CCUS) dan meminimalisasi emisi karbon, seperti yang dilakukan Saudi
Aramco, dan Shell. Sedangkan untuk perusahaan yang memanage penurunan laju
produksi,diantaranya Lundin, Vermilion Energy, Tullow, Maurel et Prom, Premier
Oil, Frontera Energy.
Sementara untuk yang memilih
new direction, akhir-akhir ini banyak dilakukan oleh beberapa perusahaan
sifting dalam melakukan re-invent
bisnis model dan sector lainnya seperti BP dan Medco Energi.
Sehubungan dengan langkah
bisnis ke depan, dikatakan Andang, perusahaan sudah harus memetakan bisnisnya sesuai
perkembangan masa depan, seperti diketahui bersama bahwa saat ini masyarakat
dunia termasuk Indonesia sedang bersama-sama mengurangi penggunaan bahan bakar fosil
menuju energi bersih.
“Nah trend ini juga harus
menjadi perhatian dan tantangan bisnis ke depan, dimana perusahaan harus sudah
memulai ikut mengintegrasikan core bisnisnya rangka menuju Net Zero Emission (NZE),” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan,
perlu disadari bahwa Indonesia memiliki cadangan Gas lebih besar daripada
minyak, sehingga dalam rangka transisi energi, penggunaan gas harus tercermin
dalam strategi dan kebijakan bauran energi nasional. Strategi transisi energi
lainnya yaitu defisit energi seharusnya dapat diatasi dengan pengembangan energi
terbarukan dan peningkatan porsi gas dalam bauran energi nasional.
Selain itu juga perlu pemanfaatan
dana energi fosil untuk pengembangan energi terbarukan, serta perlu ESG FUND (Environmental,
Social, Governance Fund) untuk investasi yang memprioritaskan investasi
untuk eksplorasi dan produksi gas bumi.
Terdapat beberapa peluang bisnis migas dan transisi energi di Indonesia yang dapat dikerjakan daerah dan BUMD, di antaranya: Pengelolaan Participating Interest (PI) 10% untuk daerah, ikut serta dalam pengerjaan proyek jaringan gas nasional, pemanfaatan alokasi gas baik dari lapangan produksi produksi, gas flare serta pemanfaatan potensi biogenical gas. Selain itu BUMD juga turut serta dalam mengelola lapangan atau sumur tua dengan skema Kerja Sama Operasi (KSO). Selanjutnya mulai mengusulkan dan kemudian mengusahakan lapangan atau discovery yang belum dikembangkan untuk di curve out kemudian diusahakan.
Indexs berita