Follow Us :

Amblesan Tanah Sidoarjo Perlu Penanganan Serius

Dipublikasikan pada : Jul 04 2022

Banjir dan genangan di Desa Banjarasri dan Kedungbanteng Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo akhir-akhir ini menjadi viral karena hingga hampir satu bulan air tidak juga surut. Beberapa penduduk menyatakan selama ini kalaupun hujan deras, ada genangan paling besoknya sudah kering lagi, tetapi ini hampir sebulan tidak juga surut. 

Dalam Webinar Penurunan Tanah Kabupaten Sidoarjo yang diselenggarakan oleh Gusdurian Peduli yang didukung oleh BPBD Jatim, ITS, UPN, dan ADPMET (Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan) pada Sabtu, 2 Juli 2022 terungkap bahwa genangan dan banjir di wilayah tersebut disebabkan karena adanya penurunan tanah. Dimana salah satu penyebab penurunan tanah ini kemungkinan karena adanya aktifitas produksi migas di sekitar wilayah terdampak, yaitu Lapangan Tanggul Angin dan Lapangan Wanut, Kabupaten Sidoarjo. Lapangan Tanggul Angin berada di wilayah Desa Kedungbanteng Banjarasri, sedangkan Lapangan Wanut berada di dekat Desa Pesawahan.

Kondisi ini tentu saja harus mendapatkan penanganan dan perhatian serius, karenanya jika hal ini tidak ditangani secara baik maka tidak menutup kemungkinan akan memberikan dampak kerugian yang lebih luas lagi, hal ini didasarkan pada data INSAR sejak awal 2021 yang menunjukkan penurunan tanah di lokasi tersebut masih terus berlangsung sampai sekarang.

Dalam kesempatan Webinar tersebut Sekjen ADPMET Andang Bachtiar sebagai salah satu narasumber merekomendasikan agar ditemukan cara efektif dalam penanggulangan bencana ini dengan melibatkan data dari industri migas melalui SKKMigas dan Ditjen Migas dalam analisis penyebab banjir supaya dapat lebih memastikan penyebab utama dari bencana yang sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu tersebut.

Lebih lanjut mengemuka dalam diskusi itu bahwa setidaknya didasarkan hasil kajian Mahasiswa King Abdullah University Sience and Technology (KAUST) Arab dan ilmuwan dari Jepang, termasuk kajian INSAR yang dilakukan oleh Arifianto dan Waluyo pada tahun 2020, menunjukkan selama kurun waktu 2019-2020 laju penurunan muka tanah di wilayah semburan lumpur menurun secara eksponensial. Sedangkan Kawasan Tanggulangin dan Wunut mengalami peningkatan laju penurunan muka tanah pada akhir tahun 2019, yang kemungkinan disebabkan aktivitas produksi di lapangan gas. Penelitian yang sama oleh  Josaphat dkk pada tahun 2021 dari Universitas Chiba berdasarkan data INSAR  juga menunjukkan ada tiga Kawasan di Kabupaten Sidoarjo yang mengalami penurunan tanah yakni Kawasan Lumpur, Kawasn Wunut dan Kawasan Tanggulangin.  

Sementara itu BPBD Kab Sidoarjo bekerjasama dengan DRPM ITS Surabaya, dalam rentang waktu akhir 2020 dan awal 2021 juga melakukan kajian yang meliputi kajian penurunan tanah dengan INSAR, pengukuran GPS, Topografi, pengukuran geolistrik, asesmen hidrologi banjir dan asesmen kerugian bencana. Hasil kajian INSAR dan GPS kawasan tersebut mengalami penurunan (subsidence) 20 cm pertahun dan penurunan terdalam 60 cm sehingga kawasan tersebut menjadi cekung dan saat hujan air hujan tergenang (nganthong). Hasil pengukuran GPS dan hidrologi sungai menunjukkan adanya perrubahan morfologi dasar sungai sehingga ada perubahan arah aliran. Hasil pengukuran geolistrik menunjukkan kawasan tersebut tersusun oleh endapan lempung lunak yang tebal dan ada retakan retakan di bawah kawasan yang turun.

Pengkajian kebutuhan pascabencana yang selanjutnya disingkat Jitupasna adalah suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak, perkiraan kebutuhan, dan rekomendasi awal terhadap strategi pemulihan yang menjadi dasar penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Perhitungan nilai kerusakan dan kerugian berdasarkan berbagai sektor meliputi Sektor Permukiman, Sektor Infrastruktur, sektor Ekonomi, Sektor Sosial dan Lintas Sektor. Berdasarkan hasil kaji cepat kerusakan dan kerugiaan akibat banjir menunjukkan bahwa setiap terjadi banjir muncul kerusakan dan kerugian mencapai 100 M.

Andang Bachtiar, Sekjend ADPMET mengatakan apabila mempertimbangkan kemungkinan penurunan tanah konsentrik di atas lapangan migas Tanggul Angin dan Wunut itu diakibatkan oleh proses produksi migas dari dalamnya, maka kerusakan dan kerugian permanen akibat banjir yang sampai 100 milyar rupiah itu jauh lebih besar dibandingkan dengan rata-rata bagi-hasil yang diperoleh Kabupaten Sidoarjo langsung dari usaha produksi gas di dua lapangan tersebut, yaitu 2-5 milyar rupiah per tahun, meskipun pernah juga mendapatkan sampai 15 milyar rupiah di puncak produksi gasnya di tahun 2019.  

Sementara itu Eko Teguh Paripurno, pengajar Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta sekaligus Ketua Dewan Penasehat Gusdurian Peduli mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjalankan mandat UUD 45, melindungi warga dari bencana. Berkenaan dengan potensi kerugian warga yang nyata moratorium eksploitasi migas menjadi salah satu pilihan, seiring dengan kewajiban kita melakukan mitigasi dan operasi tanggap darurat. Kasus ini hendaknya juga menjadi pembelajaran bagi usaha-usaha eksplotasi sumberdaya  yang bepotensi memuncupkan bencana ekologis untuk menerapkan prinsip kehati-hatian yang lebih serius.

Amien Widodo, Dosen Teknik Geofisika ITS ikut bertanggung jawab atas kepercayaan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo kepada Pusat Penelitian Manajemen Kebencanaan dan Perubahan Iklim untuk melakukan kajian penurunan tanah tersebut. “Kami bersama BPBD Sidoarjo terus berusaha mensosialisasikan hasil kajian ini agar mendapat perhatian pemerintah Provinsi Jawa Timur dan pemerintah pusat khususnya Kementerian ESDM” Ujarnya. 

Di akhir diskusi bersepakat untuk mendorong Pemprov Jawa Timur untuk menindaklanjuti hasil diskusi ini dengan upaya-upaya kebijakan atau komunikasi vertikal ke pemerintah pusat untuk penyelesaian permasalahan ini bukan hanya saat darurat seperti sekarang, namun juga meliputi mitigasi hingga pencegahan. 

A'ak Abdullah Al-Kudus sebagai sesama santri Gus Dur mengingatkan kepada Gubernur Jawa Timur  agar memegang teguh prinsip "Tashorruf al-Imam 'ala ar-Ro'iyah manuthun bi al-Maslahah" (Kebijakan Pemimpin atas rakyat harus didasarkan pada prinsip kemaslahatan). Karena itu yang selalu diajarkan oleh Gus Dur kepada santrinya. Dan Gus Dur selalu berpesan bahwa "yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan," imbuh Gus Aak.   

Amien Widodo menambahkan ITS menyelenggarakan beberapa kali webinar bersama banyak komunitas. Surat resmipun kita kirim ke Gubernur Jawa Timur baik lewat berbagai organisasi profesi maupun resmi lewat ITS. “Kami juga memanfaatkan JTV Channel untuk mengkomunikasikan masalah ini dan terakhir ITS bersama Gusdurian, ADPMET, UPN dan UNAIR menyelenggarakan webinar ini” tambah Amien.

Oleh karena keadaan tersebut maka kajian penyebab penurunan sangat dibutuhkan segera dilakukan secara mendetail. Termasuk melibatkan data dari industri migas melalui SKK Migas maupun Ditjen Migas. Otorita kewenangan kajian tersebut ada di Kementerian ESDM khususnya Badan Geologi, maka disarankan kepada bapak Kepala Badan Geologi melakukan kajian penyebab penurunan tersebut.